TUGAS ONLINE 2 MANAJEN LOGISTIK DAN FARMASI RS
Nama :
Ristiyana
Nim : 201431368
Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana
kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan
rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat
juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Dari uraian di
atas, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit khusus, praktek dokter, praktek
dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek
bidan, toko obat, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Pedagang Besar
Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat, laboratorium kesehatan, dan sarana
kesehatan lainnya. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan perbekalan
kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan
kesehatan lainnya, sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetik.
Dalam beberapa sarana kesehatan itu, seperti Rumah Sakit, pabrik buatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing tahap pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait, dengan demikian dimensi pengelolaan obat akan dimulai dari perencanaan pengadaan yang merupakan dasar pada dimensi pengadaan obat di Rumah Sakit.
Tujuan dari pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku.
Sistem pengelolaan obat mempunyai empat fungsi dasar untuk mencapai tujuan yaitu:
a. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
b. Pengadaan (Procure ment)
c. Distribusi (Distribution)
d. Penggunaan (Use)
Dalam beberapa sarana kesehatan itu, seperti Rumah Sakit, pabrik buatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek seleksi dan perumusan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan obat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa masing-masing tahap pengelolaan obat merupakan suatu rangkaian yang terkait, dengan demikian dimensi pengelolaan obat akan dimulai dari perencanaan pengadaan yang merupakan dasar pada dimensi pengadaan obat di Rumah Sakit.
Tujuan dari pengadaan yaitu untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dengan kualitas harga yang dapat dipertanggung jawabkan, dalam waktu dan tempat tertentu secara efektif dan efisien, menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku.
Sistem pengelolaan obat mempunyai empat fungsi dasar untuk mencapai tujuan yaitu:
a. Perumusan kebutuhan atau perencanaan (selection)
b. Pengadaan (Procure ment)
c. Distribusi (Distribution)
d. Penggunaan (Use)
Keempat fungsi
tersebut didukung oleh sistem penunjang pengelolaan yang terdiri dari :
a. Organisasi (Organitation)
b. Pembiayaan dan kesinambungan (Financing and Sustainnability)
c. Pengelolaan informasi (Information Management)
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (Human Resorces Management)
Instalasi farmasi merupakan satu-satunya unit yang bertugas merencanakan, mengadakan, mengelola, dan mendistribusikan obat untuk Rumah Sakit secara keseluruhan. Perencanaan pengadaan obat harus sesuai dengan formularium yang telah ditetapkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Obat yang akan dibeli atau diadakan harus direncanakan secara rasional agar jenis dan jumlahnya sesuai sehingga merupakan produk atau bahan yang terbaik, meningkatkan penggunaan yang rasional dengan harga yang terjangkau atau ekonomis.
a. Organisasi (Organitation)
b. Pembiayaan dan kesinambungan (Financing and Sustainnability)
c. Pengelolaan informasi (Information Management)
d. Pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia (Human Resorces Management)
Instalasi farmasi merupakan satu-satunya unit yang bertugas merencanakan, mengadakan, mengelola, dan mendistribusikan obat untuk Rumah Sakit secara keseluruhan. Perencanaan pengadaan obat harus sesuai dengan formularium yang telah ditetapkan oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Obat yang akan dibeli atau diadakan harus direncanakan secara rasional agar jenis dan jumlahnya sesuai sehingga merupakan produk atau bahan yang terbaik, meningkatkan penggunaan yang rasional dengan harga yang terjangkau atau ekonomis.
Adapun bebrapa
masalah yang ditemukan dilapangan antara lain :
1.
Masih dominanya peranan pemilik
rumah sakit dalam setiap proses pengadan obat pada istalasi dan pola pembelian
yang tidak memikirkan keuntungan dan kerugian yang menciptakan masalah
tersendiri. Adanya simbiosis mutualisme antara owner dengan pemasok yang
digunakan untuk pembangunan RS.
2.
Masih adanya dokter yang enggan
menggunakan obat yang sudah disediakan oleh pihak RS yang menyebabkan
terjadinya pembelian obat diluar dikarenakan dokter telah memiliki perjanjian
tersendiri pada distributor tertentu.
3.
Tidak ada anggaran untuk kegiatan
di intalasi untuk melakukan pemesanan obat yang akan mengakibatkan kosongnya
stok dan menghambat pelayanan
4.
Tidak ada prosedur / sop di
instalasi farmasi dan kurangnya sosialsisasi terhadap sop yang ada, menyebabkan
petugas kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaanya
5.
Masih lemahnya sistem distribusi
yang diterapkan di instalasi farmasi menyebakan kerugian karena sering terjadi
obat ED dan stok kosong di ruangan.
6.
Beban kerja staf yang tegolong
tinggi, ada bebarapa staf yang mengerjakan smua pekerjaan mulai dari
perencanaan smpai dengan pendistribusianya.
7.
Kurangnya kegiatan yang mendorong
untuk mengontrol pemakaian obat-obatan dan sulit untuk mengetahui jumlah
pemakaian obat yang rasional.
Saran yang diberikan
antara lain:
1.
Ada baiknya jika melakukan
pemilihan obat dengan melibatkan dokter, perawat dan apoteker untuk mengetaui
obat apa saja yang sering dibutuhkan sehingga pemesanan obat sesuai dengan
pemakaianya.
2.
Setelah merevisi yang
mengikutsertakan tenaga kesehatan yang terkait, pihak rs hendaknya memberikan reward dan punishmentsystem untuk menertibkan pembelian obt dari luar dan
dokter semangat untuk menggunakan atau meresepkan obat sesuai formularium yang
telah ditentukan.
3.
Penetapan anggaran khusus untuk
proses atau pemesanan obatuntuk mencegah
blokir dari PBF sehingga dana tersedia pada saat jatuh tempo pembayaranya.
4.
Gunakan metode sentralisasi
atausistem unit dose untuk mengontrol
penggunaaan obt-obatan untuk menjaga keakuratan pemberian dosismengurangi
kemungkinan obat hilang/rusak maupun ED.
5.
Pembuatan sop pada tiap kegiatan
akan mempermudah kerja intalasi terkait sehingga kesalahan dapat
diminimalisirkan.